aku
kesal dengan keadaan rumah, mengapa semua sibuk ? mama dan bapak kerja, kakak
juga kerja adik di titip ke tetangga karena tak ada yang menjaga. Aku hanya
sendiri di rumah, mereka hanya di hantui oleh waktu waktu dan waktu sibuk sibuk
dan sibuk. Aku sedang menunggu pengumuman UN, sekarang masih duduk di kelas 3
SMP dan sedang sibuk-sibuknya mengurus pendaftaran ke SMA, aku ingin mendaftar
ke SMAN 1 Cibinong tetapi mama lebih menyuruhku untuk daftar ke SMAN 1 Bogor dan aku hanya menuruti, ya mamaku bekerja sebagai guru SD jadi
jam 12 sudah pulang.
“ade
ayo cepat bereskan berkas-berkas buat pendaftaran ke SMAN 1 Bogor”
“loh
ma, kan pendaftaran untuk kelas reguler belum di buka ?”
“sudah
cepat bereskan jangan lupa bawa raport SMP kamu, pendaftaran terakhir di tutup
hari ini jam 1:30”
“sudah
beres ma, ayo kita berangkat”
Ketika
aku dan mama mendaftar aku pikir mama menyuruh aku untuk masuk ke SMAN itu
untuk masuk kelas reguler dan ternyata mama menyuruh aku untuk masuk kelas
bilingual, aku ingin protes kepada mama karena mama mengambil keputusan tanpa
persetujuanku, aku kesal dengan mama, yang ada di pikiranku sekarang adalah
takut ya karena dalam kelas bilingual di tekankan untuk berbicara bahasa
inggris sedangkan aku sangat lemah dengan bahasa inggris kemudian ketikaku baca
tes untuk kelas bilingual adalah test tulis dan wawancara dalam bahasa inggris,
aku takut, aku memang anak yang pendiam dan sulit untuk bersosialisasi dengan
orang lain. Aku juga tak aktif dengan organisasi ketika di SMP, aku hanya ikut
paskibra dan rohis itupun hanya awal semester kelas 1 ketika masih jadi anak
bawang dan selanjutnya aku tak pernah aktif lagi, rangking dalam kelaspun aku
masuk pada anak yang biasa saja tidak pintar dan tidak bodoh, ketika selasai
mendaftar aku dan mama langsung pulang kerumah dan mewawancarai mama ya
wawancara dalam rangka mendaftarkanku pada kelas bilingual.
“ma,
kok aku di masukin ke kelas bilingual si ? aku gak mau mah”
“mama
memasukan kamu ke kelas bilingual karena mama mencari yang terbaik untuk kamu,
mama tau kamu memang kurang mahir dalam berbahasa inggris maka dari itu mama
mendaftarkan kamu ke kelas bilingual dan pada kelas itu bakal ada les bahasa
inggris. Dan jika kamu tidak keterima di kelas bilingual kamu pasti keterima di
kelas reguler tanpa mengikuti tes lagi”
“ah,
mama tau tidak aku takut, aku tak mahir dalam bahasa ingris aku ingin
berbarengan dengan diah, diah ingin mendaftar ke kelas reguler ma”
“ini
masa depanmu, masa depanmu ada di tanganmu bukan di temanmu mengerti ?”
“mengerti
ma, tapi aku tak bisa bahasa inggris”
“maka
dari itu, kamu tak bisa bahasa inggris makanya mama ikutkan kamu les bahasa
inggris”
“ah
tau ah, seterah mama sajalah”(pergi ke kamar dan menutup pintu)
Aku
tau mama memang bermaksud baik kepadaku, mencari yang terbaik untuk anaknya
tetapi aku tak bisa, memang siapa yang menjalaninya ? memang mama yang
menjalani hidupku menyuruh sesukanya tanpa persetujuan dariku, aku benci dengan
sikap mama yang memutuskan keinginannya sendiri. Aku harus mencari cara agar
aku tak di terima di kelas bilingual ya aku harus menjawab tes tulis
asal-asalan dengan begitu aku mendapatkan nilai yang jelek dan aku tidak
keterima di kelas bilingual. Misi harus dilaksanakan besok tak usah belajar
malam ini. aku mending tidur saja dari pada memikirkan yang tak jelas.
***
Pagi
ini aku bergegas untuk mempersiapkan diri karena hari ini tes tulis dan
wawancara, mama sengaja untuk tidak masuk sekolah untuk ngajar karena ingin
menemaniku ketika tes tulis dan wawancara. ketika tes tulis aku melaksanakan
misi yang semalam, aku mengerjakan soal dengan cepat karena aku menjawabnya
asal-asalan tetapi aku tak buru-buru keluar dari ruangan karena aku tau pasti
nanti mama tau apa yang ada di pikiranku. Ketika selesai aku keluar dari
ruangan pas dengan waktu yang telah di tentukan untuk tes tulis mama sudah diam
di depan pintu ruangan dan menanyakan.
“bagaimana
tesnya ? susah ya sampai keluar terakhir ?”
“iya
mah susah banget soalnya, sampai aku bingung harus menjawab apa” (berbohong)
“sudah
lah tak usah dipikirkan, mudah-mudahan hasilnya memuaskan ya, sudah sana kamu
lanjutkan untuk wawancaranya”
“iya
mah”
Ketika
wawancara bahasa inggris aku menjawab sebisaku saja, yang aku mengerti. Jika
tidak aku mengerti ya aku diam saja tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan
oleh Mr tersebut. Setelah selesai wawancara, aku dan mama hanya menunggu 30
menit pengumuman bisa langsung di lihat, setelah menunggu pengumumanpun di
tempel di mading dan ternyata aku lulus, aku keterima di kelas bilingual, aku
bingung aku harus bahagia atau sedih, aku tak mau di kelas bilingual aku ingin
di kelas reguler saja tetapi aku menjawab ngasal saja aku lulus bagaimana aku
menjawab dengan benar. Tiba-tiba mama memelukku dengan wajah bahagia.
“tuhkan
ade, kamu tuh pasti bisa, pasti lulus. Kamu tidak mahir dalam berbahasa inggris
dan tidak belajar semalam saja kamu bisa lulus bagaimana jika kamu belajar,
pasti kamu di peringkat pertama”
“tapi
mah, aku gak mau di kelas bilingual mah. Aku gak mauu”
“sudahlah
kamu tak usah memikirkan apa-apa lagi, kamu hanya memikirkan belajar”
Aku
bingung harus bagaimana ? misi ku gagal, kalau sudah begini lagi-lagi aku harus
menerima keputusan mama, keputusan yang sepihak tanpa persetujuanku. Memang
egois yang hanya memikirkan sendiri, tak pernah memikirkan orang lain, memang
itu yang terbaik untukku tetapi aku yang menjalani bukan mama. Entahlah aku
harus menjalani kehidupan yang tak sesuai dengan hati. Setelah pengumuman
tersebut mama langsung mengajakku untuk daftar ulang dan kemudian aku dan mama
langsung pulang kerumah, aku lebih banyak diam dan tak sering lagi berbicara
dengan mama, karenaku masih sebal dengan keputusan mama.
***
keesokan
harinya aku menjalani sekolah di SMA ini secara terpaksa, akupun malas-malasan
untuk belajar dan ketika ulangan alhasil hasilnya sangat memalukan amat sangat
jauh di bawah rata – rata dan aku hanya berfikir ini wajar karena ini bukan
keinginanku untuk bersekolah di sini dan setiap pekerjaan yang tidak sesuai
dengan hati sangat sulit untuk di jalani yang menurutku seperti itu, aku
menunjukan hasil ulanganku.
“ma,
ini hasil ulanganku”
“rendah
sekali nilainya, yasudah lebih rajin saja belajarnya”
“loh,
Mama gak marah sama aku ?”
“ngapain
marah ?, mungkin memang hanya segitu kemampuan kamu. Ya lebih rajin saja belajarnya”
“oh
yasudah, oh ya mah ini ada surat dari sekolah panggilan orang tua untuk datang
kesekolah”
“kamu
kenapa ? kamu melanggar peraturan sekolah ? kok mama di panggil kesekolah ?”
“liat
saja nanti kesekolah, makanya datang kesekolah”
Aku
kira mama akan marah dengan hasil ulanganku yang kecil ternyata mama hanya
menasehatiku, aku bingung harus bagaimana. Besok orang tuaku di panggil untuk
datang kesekolah karena untuk menentukan aku nanti masuk IPA atau IPS karena
guru BK sangat mempertimbangkan aku masuk IPA karena dengan hasil ulanganku
yang sangat rendah. Mudah - mudahan besok ketika bertemu dengan guru BK dan
keputusannya aku masuk IPS menurutku aku mempunyai kemampuan dalam bidang IPS
karena dari hasil ulangan nilai-nilai yang bagus hanya pada pelajaran IPS ya
semoga saja.
***
Pagi
ini aku bergegas berangkat sekolah dengan mama, karena ingin memenuhi panggilan
dari sekolah, ketika aku dan mama sampai di sekolah dan langsung masuk ke
ruangan BK (bimbingan konseling), di sana aku duduk di samping mama dan sambil
mendengarkan perbincangan antara mama dan guru bimbingan konseling.
“langsung
saja ya bu, ibu taukan anaknya setiap ulangan pelajaran IPA kecil malah sangat
jauh dari KKM”
“iya
bu saya tau”
“nah
maka dari itu jika anak ibu sekarang berada di kelas bilingual, peraturan dalam
kelas ini jika murid berada di kelas bilingual maka otomatis murid tersebut
masuk kelas IPA oleh sebab itu anak ibu pasti masuk kelas IPA tetapi sedangkan
dari hasil ulangan pelajaran ipa nilainya kecil saya menghimbau agar ibu terus
mendorong anak ibu agar belajar lebih rajin lagi agar anak ibu tidak tertinggal
jiga masuk kelas IPA”
“oh
begitu bu, ya saya akan slalu suruh anak saya untuk lebih rajin lagi dalam
belajar”
“oke
terimaksih ya bu, dan untuk kamu nak harus rajin yah ibu akan slalu pantau
nilai kamu”
“iya
bu”
Setelah
selesai mama berbicara dengan guru bimbingan konseling, mama dan aku langsung
berpamitan pulang, mendengar pembicaraan ibu bimbingan konseling dan mama aku
harus masuk IPA, aku tidak ingin masuk kelas itu aku tidak mahir untuk belajar
pelajaran sains aku mahir dalam bidang IPS, lagi-lagi aku harus menjalankan yang
tidak sesuai dengan pekerjaanku. Ketika sampai di rumah mama mengajakku
berbicara tentang pembicaraan tadi di sekolah.
“nah,
kamu sudah dengarkan tadi apa yang di bicarakan mama dengan ibu guru bimbingan
konseling, kamu itu harus lebih rajin belajar, memang kamu tidak malu dengan
teman-temanmu, mama kasih tau ya, mama itu sudah berpengalaman memang pelajaran
ipa itu tidak mudah tetapi jika kamu nanti lulus dari SMA dan ingin mengikuti
PTN kamu bisa mengambil jurusan IPS sedangkan jika kamu dari kelas ips dan kamu
ingin mengambil jurusan ipa kamu tidak akan bisa, ipa itu luas bisa kemana
saja. Mengerti”
“tapi
ma, aku tak bisa menguasai mata pelajaran ipa”
“jika
kamu ingin berusaha kamu pasti bisa”
“tapi
ma, memang sejak awal siapa yang menginginkan aku sekolah disini ? siapa yang
menyuruhku masuk kelas bilingual ? dan yang terakhir siapa yang menyuruh aku
masuk kelas ipa ? di sini aku yang menjalani ma bukan mama, aku yang merasakan
bagaimana susahnya menjalankan kehidupan ini tanpa keinginan dari hati,
pekerjaan yang tak sesuai hati sangat sulit untuk di jalani ma”
“maafkan
mama memang mama yang salah dari awal, mama slalu memaksa keinginan mama sesuka
hati mama, maafkan gak bisa ngasih kamu yang terbaik dan gak buat kamu nyaman.
Tapi ini yang terbaik buat kamu mama tau yang terbaik untuk masa depan kamu,
mama tau itu” (terurai air mata).
“tapi
mama tak pernah merasakan bagaimana rasanya jadi aku ma, mama tak pernah tau
dan gak pernah ingin tau. Sudah lah percuma berbicara dengan mama hanya
mementingkan ego mama saja ! mama itu egois !! egois !!! (menangis dan lari
kekamar).
***
Tak
terasa aku sekarang duduk di kelas 3 SMA yang sebentar lagi menghadapi ujian
nasional dan PTN, pada saat ini aku baru sadar bahwa yang di perintahkan mama
kepadaku untuk masuk kesekolah ini itu memang benar, sekolah ini bagus untuk
masa depanku, untuk menggapai cita-citaku aku menyesal ketika kelas satu dan
dua aku malas malasan untuk belajar dan membantah mama, dan sekarang aku
meminta kepada mama untuk mengijinkanku ikut les untuk menghadapi UN & PTN.
“mah
aku ingin ikut les nih”
“les
apa ?”
“les
untuk menghadapi UN dan PTN, mama kan tau pelajaran ipa itu sulit, aku ingin
sungguh-sungguh nih ikut les tersebut untuk mendapatkan rangking, sekaligus
mendapatkan UN tertinggi dan PTN ma”
“tapi
kamu benar tidak sungguh sungguh untuk ikut les tersebut nanti malas-malasan
dan bolos seperti di tempat les bahasa inggris di sekolah lagi”
“serius
ini ma, aku baru sadar betapa pentingnya masuk ipa dan kelas ipa ini unggulan
ma, kalo jelek malu-maluin”
“benar
yah janji sama mama, oh iya kalo kamu mau sungguh-sungguh kamu mau janji apa
nih sama mama ?”
“aku
janji deh buat jadi juara kelas minimal 5 besar, mendapatkan hasil UN tertinggi
dan mendapatkan PTN”
“benar
yah mama pegang janji kamu loh”
Ketika
mama sudah mendaftarkanku ke tempat les terkenal di cikarang, aku dan desi
teman satu kelas memulai untuk berangkat les untuk hari pertama, ketikaku
sampai di tempat les aku bertemu dengan seseorang yang menurutku tak asing
wajahnya, ya dia adalah cowo yang aku suka ketika aku duduk di kelas SMP
namanya Reza aku pun pernah dekat dengan dia namun karena ia balikan dengan
mantannya jadi kedekatanku saat itu sia-sia, dan pacarnya itu menganggap aku
akan merebut Reza darinya padahal kedekatanku lebih dulu dibandingkan dia.
Akupun malah melamun mengingat masa lalu.
“heh
kok malah melamun, harus fokus kita untuk menghadapi UN & PTN nih”
“hah,
siapa yang melamun desi ?”
“emang
aku gk liat kamu apa ? itu kamu dari tadi diam saja seperti ada yang di
pikirkan ayo dong cerita sama aku”
“eh,
itu kamu lihat deh yang duduk di belakang, masih ingat gak ? teman SMP kita”
“oh
Reza, ingat itu kan gebetan kamu yang tak sampai”
“suuut,
jangan kencang-kencang, kira-kira dia masih dengan pacarnya tidak ya”
“menurut
gosip yang aku dengar si masih sama pacarnya, masih berharap yah”
“serius
? ah ngga kok sok tau kamu. Sudah sudah mari kita fokus sama pelajarannya”
Tak
terasa belajarpun akhirnya selesai juga, ketikaku keluar kelas ternyata ada
Reza dengan pacarnya yang sedang berduaan, rasanya itu nyesek entah ini karena
aku masih mengharapkan Reza atau bagaimana ? aku bingung dengan perasaan ini,
sudahlah aku harus serius dengan les ini. Aku harus menepati janjiku kepada
mama.
***
Setiap
harinya aku melanjutkan les setelah sekolah dan tak terasa aku sedang
menghadapi UTS dan berharap aku mendapatkan rangking 5 besar, akupun sudah
berusaha untuk menggapai itu yaitu belajar dan berdoa, hasilnyapun tinggal di
serahkan kepada Allah SWT. Ketika aku sampai di rumah mama menanyakan
ulanganku.
“bagaimana
ulangannya tadi ? susah tidak ?”
“ya
begitulah ma, menurutku bisa di bilang mudah, karena aku bisa mengerjakannya
walaupun ada satu atau dua soal yang membingungkan tetapi terselesaikan olehku”
“alhamdulillah
mudah-mudahan kamu mendapatkan rangking sesuai janji kamu, oh iya pengumuman
rangking kelasnya kapan ?”
“dua
minggu setelah UTS ma, nanti orang tuanya yang datang karena sekolah ingin
mensosialisasikan perkuliahan”
“Oh,
bagus deh. Tapi kamu ikutkan ?”
“iya
siswa dan orang tuanya mah”
“oke
deh !”
***
Dua
minggu kemudian pengumuman tengah semesterpun berlangsung, aku dan mama duduk
bersebelahan dan rangkingpun di sebutkan, alhamdulillah aku masuk tiga besar,
aku seketika memeluk mama dan menciumnya. Akhirnya aku bisa membuktikannya, tak
sia-sia perjuanganku slama ini. Slalu les setiap pulang sekolah dan belajar
pagi jam tiga subuh sekalian shalat tahajud. Jika kita bersungguh-sungguh
pastilah akan tercapai keinginan kita. Alhamdulillah terimakasih ya Allah SWT.
“wah
selamat ya, kamu masuk tiga besar, akhirnya kamu membuktikan kepada mama. Mama bangga
sama kamu”
“iya
mah, makasih. Akhirnya aku membuktikan kepada mama kalau aku bisa menepati
janji”
“iya
ingat ya ! perjuangan kamu belum selesai, karena kamu harus menghadapi SNMPTN
ataupun SBMPTN”
“iya
mah, aku ingat kok kalau itu sih. Aku pastinya akan berjuang lebih keras lagi
dari ini agar lolos di universitas negeri”
“oke,
mama slalu mendukung kamu kok”
Kemudian
waktupun terus berjalan, aku lebih giat lagi belajar untuk menghadapi SNMPTN maupun
SBMPTN dan tempat lespun lebih memperketat lagi belajarnya yaitus etiap pulang
sekolah langsung les dan baru selesai jam 8 dan aku sampai rumah jam 9,
benar-benar perjuangan yang amat berat yah, mudah-mudahan usaha ini tidak
sia-sia. Kemudian pendaftaran SNMPTN dibuka dan aku mendaftar dengan pilihan
pertama pendidikan fisika – UPI, pilihan kedua PGSD Purwakarta – UPI dan yang
terakhir pendidikan fisika – UIN Bandung. Ya aku memilih pendidikan karena aku
bercita-cita ingin menjadi guru. Kemudian guru leskupun mengijinkan aku untuk
mengambil pilihan itu dan karena SNMPTN itu melihat dari nilai raport sehingga
aku hanya berserah kepada Allah dan slalu berdoa, kemudian Allah tidak
menghendakiku, aku tidak lolos melalui jalur SNMPTN, allah masih ingin melihat
perjuanganku lebih keras lagi dari ini. Aku hanya bisa menangis ketika melihat
pengumuman itu, aku sempat berfikir Allah tidak adil karena banyak teman di
sekolahku mereka hanya iseng-iseng untuk ikut jalur SNMPTN ini dan mereka tidak
berniat untuk melanjutkan kuliah. Mereka tak berjuang mati-matian sepertiku
tetapi mereka lolos, sedangkan aku yang belajar sampai seperti ini dan aku
benar-benar ingin sekali kuliah di negeri tetapi aku tidak lolos. Yang ada di
fikiranku hanyalah allah tak adil, namun setelah aku berfikir dan diberi
pencerahan oleh guru lesku dan kedua orang tuaku, aku baru sadar bahwa Allah
ingin melihat usahaku yang lebih keras lagi di jalur SBMPTN. Kemudian aku
memutuskan untuk mengambil paket IPC karena paket IPC ini aku tidak belajar ipa
saja tetapi aku belajar ips juga karena aku ingin mengambil jurusan PGSD, aku
belajar doble ipa dan ips ini bebanku semakin berat karena aku harus belajar
lebih banyak lagi dan hari liburkupun aku relakan untuk belajar, belajar dan
terus belajaaaaaar. Jalur SBMPTNpun telah dibuka, aku dan temanku desi untuk
konsultasi dengan guru lesku, aku dan teman – temanku berkonsultasi satupersatu
kepada guru les dan bagaimana baiknya untuk mengambil jurusan dan lolos. Dan sekarang
giliranku.
“bagaimana
? kamu mau mengambil jurusan apa ?”
“gini
bu, sebenernya aku ingin mengambil jurusan sama seperti SNMPTN, menurut ibu
bagaimana ?”
“menurut
ibu pilihan kamu terlalu berat, lebih baik kamu turunkan lagi pilihanmu yang
passinggradenya lebih rendah, agar kemungkinan kamu keterima di negeri itu
besar, kemungkinan jika kamu ingin tetap memaksakan jurusan yang kamu ingin konsekuensinya
kemungkinan lolos kecil jika kamu ingin lolos di negeri maka kamu harus
menurunkan pilihanmu yang pada intinya yang penting kamu lolos di negeri”
“oh
begitu ya bu”
Dari
pernyataan tersebut aku berfikir untuk mengurungkan pilihanku dan memilih
jurusan yang passinggradenya lebih rendah, akupun mengambil jurusan pilihan
pertama pendidikan fisika – UNJ, pilihan kedua pendidikan – UNJ dan yang
terakhir purwakarta – UPI. Dan aku mendaftarkan melalui jalur SBMPTN. akupun
mengikuti tes di SMAN 1 Bogor, yang mengantarkanku tes adalah bapak, berangkat
setelah adzan subuh dan tak terbayangkan perjuangan bapak untuk mengantarkanku
untuk mengikuti tes SBMPTN. Setelah aku mengikuti tes aku hanya berserah kepada
Allah untuk pengumumannya dan meminta di doakan oleh kedua orang tuaku
bagaimana hasilnya aku sudah pasrah.
Setelah
menunggu berminggu-minggu akhirnya hasil tes SBMPTN itupun diumumkan melalu
internet, aku lolos di jurusan pendidikan UNJ, ini jawaban dari Allah
untukku, agar aku bersungguh-sungguh untuk menggapai semuanya. Dan semua
keinginan orang tua atau orang tua menyuruh anak itu semata – mata yang terbaik
untuk anaknya karena tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya tidak
sukses. Terimakasih kepada orang tuaku yang slalu mendukung dan berjuang untuk
anaknya.
No comments:
Post a Comment