Monday, 22 September 2014

Cerpen Orang Tua ingin yang terbaik untuk anaknya

aku kesal dengan keadaan rumah, mengapa semua sibuk ? mama dan bapak kerja, kakak juga kerja adik di titip ke tetangga karena tak ada yang menjaga. Aku hanya sendiri di rumah, mereka hanya di hantui oleh waktu waktu dan waktu sibuk sibuk dan sibuk. Aku sedang menunggu pengumuman UN, sekarang masih duduk di kelas 3 SMP dan sedang sibuk-sibuknya mengurus pendaftaran ke SMA, aku ingin mendaftar ke SMAN 1 Cibinong tetapi mama lebih menyuruhku untuk daftar ke SMAN 1 Bogor dan aku hanya menuruti, ya mamaku bekerja sebagai guru SD jadi jam 12 sudah pulang.
“ade ayo cepat bereskan berkas-berkas buat pendaftaran ke SMAN 1 Bogor”
“loh ma, kan pendaftaran untuk kelas reguler belum di buka ?”
“sudah cepat bereskan jangan lupa bawa raport SMP kamu, pendaftaran terakhir di tutup hari ini jam 1:30”
“sudah beres ma, ayo kita berangkat”
Ketika aku dan mama mendaftar aku pikir mama menyuruh aku untuk masuk ke SMAN itu untuk masuk kelas reguler dan ternyata mama menyuruh aku untuk masuk kelas bilingual, aku ingin protes kepada mama karena mama mengambil keputusan tanpa persetujuanku, aku kesal dengan mama, yang ada di pikiranku sekarang adalah takut ya karena dalam kelas bilingual di tekankan untuk berbicara bahasa inggris sedangkan aku sangat lemah dengan bahasa inggris kemudian ketikaku baca tes untuk kelas bilingual adalah test tulis dan wawancara dalam bahasa inggris, aku takut, aku memang anak yang pendiam dan sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain. Aku juga tak aktif dengan organisasi ketika di SMP, aku hanya ikut paskibra dan rohis itupun hanya awal semester kelas 1 ketika masih jadi anak bawang dan selanjutnya aku tak pernah aktif lagi, rangking dalam kelaspun aku masuk pada anak yang biasa saja tidak pintar dan tidak bodoh, ketika selasai mendaftar aku dan mama langsung pulang kerumah dan mewawancarai mama ya wawancara dalam rangka mendaftarkanku pada kelas bilingual.
“ma, kok aku di masukin ke kelas bilingual si ? aku gak mau mah”
“mama memasukan kamu ke kelas bilingual karena mama mencari yang terbaik untuk kamu, mama tau kamu memang kurang mahir dalam berbahasa inggris maka dari itu mama mendaftarkan kamu ke kelas bilingual dan pada kelas itu bakal ada les bahasa inggris. Dan jika kamu tidak keterima di kelas bilingual kamu pasti keterima di kelas reguler tanpa mengikuti tes lagi”
“ah, mama tau tidak aku takut, aku tak mahir dalam bahasa ingris aku ingin berbarengan dengan diah, diah ingin mendaftar ke kelas reguler ma”
“ini masa depanmu, masa depanmu ada di tanganmu bukan di temanmu mengerti ?”
“mengerti ma, tapi aku tak bisa bahasa inggris”
“maka dari itu, kamu tak bisa bahasa inggris makanya mama ikutkan kamu les bahasa inggris”
“ah tau ah, seterah mama sajalah”(pergi ke kamar dan menutup pintu)
Aku tau mama memang bermaksud baik kepadaku, mencari yang terbaik untuk anaknya tetapi aku tak bisa, memang siapa yang menjalaninya ? memang mama yang menjalani hidupku menyuruh sesukanya tanpa persetujuan dariku, aku benci dengan sikap mama yang memutuskan keinginannya sendiri. Aku harus mencari cara agar aku tak di terima di kelas bilingual ya aku harus menjawab tes tulis asal-asalan dengan begitu aku mendapatkan nilai yang jelek dan aku tidak keterima di kelas bilingual. Misi harus dilaksanakan besok tak usah belajar malam ini. aku mending tidur saja dari pada memikirkan yang tak jelas.
***
Pagi ini aku bergegas untuk mempersiapkan diri karena hari ini tes tulis dan wawancara, mama sengaja untuk tidak masuk sekolah untuk ngajar karena ingin menemaniku ketika tes tulis dan wawancara. ketika tes tulis aku melaksanakan misi yang semalam, aku mengerjakan soal dengan cepat karena aku menjawabnya asal-asalan tetapi aku tak buru-buru keluar dari ruangan karena aku tau pasti nanti mama tau apa yang ada di pikiranku. Ketika selesai aku keluar dari ruangan pas dengan waktu yang telah di tentukan untuk tes tulis mama sudah diam di depan pintu ruangan dan menanyakan.
“bagaimana tesnya ? susah ya sampai keluar terakhir ?”
“iya mah susah banget soalnya, sampai aku bingung harus menjawab apa” (berbohong)
“sudah lah tak usah dipikirkan, mudah-mudahan hasilnya memuaskan ya, sudah sana kamu lanjutkan untuk wawancaranya”
“iya mah”
Ketika wawancara bahasa inggris aku menjawab sebisaku saja, yang aku mengerti. Jika tidak aku mengerti ya aku diam saja tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Mr tersebut. Setelah selesai wawancara, aku dan mama hanya menunggu 30 menit pengumuman bisa langsung di lihat, setelah menunggu pengumumanpun di tempel di mading dan ternyata aku lulus, aku keterima di kelas bilingual, aku bingung aku harus bahagia atau sedih, aku tak mau di kelas bilingual aku ingin di kelas reguler saja tetapi aku menjawab ngasal saja aku lulus bagaimana aku menjawab dengan benar. Tiba-tiba mama memelukku dengan wajah bahagia.
“tuhkan ade, kamu tuh pasti bisa, pasti lulus. Kamu tidak mahir dalam berbahasa inggris dan tidak belajar semalam saja kamu bisa lulus bagaimana jika kamu belajar, pasti kamu di peringkat pertama”
“tapi mah, aku gak mau di kelas bilingual mah. Aku gak mauu”
“sudahlah kamu tak usah memikirkan apa-apa lagi, kamu hanya memikirkan belajar”
Aku bingung harus bagaimana ? misi ku gagal, kalau sudah begini lagi-lagi aku harus menerima keputusan mama, keputusan yang sepihak tanpa persetujuanku. Memang egois yang hanya memikirkan sendiri, tak pernah memikirkan orang lain, memang itu yang terbaik untukku tetapi aku yang menjalani bukan mama. Entahlah aku harus menjalani kehidupan yang tak sesuai dengan hati. Setelah pengumuman tersebut mama langsung mengajakku untuk daftar ulang dan kemudian aku dan mama langsung pulang kerumah, aku lebih banyak diam dan tak sering lagi berbicara dengan mama, karenaku masih sebal dengan keputusan mama.
***
keesokan harinya aku menjalani sekolah di SMA ini secara terpaksa, akupun malas-malasan untuk belajar dan ketika ulangan alhasil hasilnya sangat memalukan amat sangat jauh di bawah rata – rata dan aku hanya berfikir ini wajar karena ini bukan keinginanku untuk bersekolah di sini dan setiap pekerjaan yang tidak sesuai dengan hati sangat sulit untuk di jalani yang menurutku seperti itu, aku menunjukan hasil ulanganku.
“ma, ini hasil ulanganku”
“rendah sekali nilainya, yasudah lebih rajin saja belajarnya”
“loh, Mama gak marah sama aku ?”
“ngapain marah ?, mungkin memang hanya segitu kemampuan kamu. Ya lebih rajin saja belajarnya”
“oh yasudah, oh ya mah ini ada surat dari sekolah panggilan orang tua untuk datang kesekolah”
“kamu kenapa ? kamu melanggar peraturan sekolah ? kok mama di panggil kesekolah ?”
“liat saja nanti kesekolah, makanya datang kesekolah”
Aku kira mama akan marah dengan hasil ulanganku yang kecil ternyata mama hanya menasehatiku, aku bingung harus bagaimana. Besok orang tuaku di panggil untuk datang kesekolah karena untuk menentukan aku nanti masuk IPA atau IPS karena guru BK sangat mempertimbangkan aku masuk IPA karena dengan hasil ulanganku yang sangat rendah. Mudah - mudahan besok ketika bertemu dengan guru BK dan keputusannya aku masuk IPS menurutku aku mempunyai kemampuan dalam bidang IPS karena dari hasil ulangan nilai-nilai yang bagus hanya pada pelajaran IPS ya semoga saja.
***
Pagi ini aku bergegas berangkat sekolah dengan mama, karena ingin memenuhi panggilan dari sekolah, ketika aku dan mama sampai di sekolah dan langsung masuk ke ruangan BK (bimbingan konseling), di sana aku duduk di samping mama dan sambil mendengarkan perbincangan antara mama dan guru bimbingan konseling.
“langsung saja ya bu, ibu taukan anaknya setiap ulangan pelajaran IPA kecil malah sangat jauh dari KKM”
“iya bu saya tau”
“nah maka dari itu jika anak ibu sekarang berada di kelas bilingual, peraturan dalam kelas ini jika murid berada di kelas bilingual maka otomatis murid tersebut masuk kelas IPA oleh sebab itu anak ibu pasti masuk kelas IPA tetapi sedangkan dari hasil ulangan pelajaran ipa nilainya kecil saya menghimbau agar ibu terus mendorong anak ibu agar belajar lebih rajin lagi agar anak ibu tidak tertinggal jiga masuk kelas IPA”
“oh begitu bu, ya saya akan slalu suruh anak saya untuk lebih rajin lagi dalam belajar”
“oke terimaksih ya bu, dan untuk kamu nak harus rajin yah ibu akan slalu pantau nilai kamu”
“iya bu”
Setelah selesai mama berbicara dengan guru bimbingan konseling, mama dan aku langsung berpamitan pulang, mendengar pembicaraan ibu bimbingan konseling dan mama aku harus masuk IPA, aku tidak ingin masuk kelas itu aku tidak mahir untuk belajar pelajaran sains aku mahir dalam bidang IPS, lagi-lagi aku harus menjalankan yang tidak sesuai dengan pekerjaanku. Ketika sampai di rumah mama mengajakku berbicara tentang pembicaraan tadi di sekolah.
“nah, kamu sudah dengarkan tadi apa yang di bicarakan mama dengan ibu guru bimbingan konseling, kamu itu harus lebih rajin belajar, memang kamu tidak malu dengan teman-temanmu, mama kasih tau ya, mama itu sudah berpengalaman memang pelajaran ipa itu tidak mudah tetapi jika kamu nanti lulus dari SMA dan ingin mengikuti PTN kamu bisa mengambil jurusan IPS sedangkan jika kamu dari kelas ips dan kamu ingin mengambil jurusan ipa kamu tidak akan bisa, ipa itu luas bisa kemana saja. Mengerti”
“tapi ma, aku tak bisa menguasai mata pelajaran ipa”
“jika kamu ingin berusaha kamu pasti bisa”
“tapi ma, memang sejak awal siapa yang menginginkan aku sekolah disini ? siapa yang menyuruhku masuk kelas bilingual ? dan yang terakhir siapa yang menyuruh aku masuk kelas ipa ? di sini aku yang menjalani ma bukan mama, aku yang merasakan bagaimana susahnya menjalankan kehidupan ini tanpa keinginan dari hati, pekerjaan yang tak sesuai hati sangat sulit untuk di jalani ma”
“maafkan mama memang mama yang salah dari awal, mama slalu memaksa keinginan mama sesuka hati mama, maafkan gak bisa ngasih kamu yang terbaik dan gak buat kamu nyaman. Tapi ini yang terbaik buat kamu mama tau yang terbaik untuk masa depan kamu, mama tau itu” (terurai air mata).
“tapi mama tak pernah merasakan bagaimana rasanya jadi aku ma, mama tak pernah tau dan gak pernah ingin tau. Sudah lah percuma berbicara dengan mama hanya mementingkan ego mama saja ! mama itu egois !! egois !!! (menangis dan lari kekamar).
***
Tak terasa aku sekarang duduk di kelas 3 SMA yang sebentar lagi menghadapi ujian nasional dan PTN, pada saat ini aku baru sadar bahwa yang di perintahkan mama kepadaku untuk masuk kesekolah ini itu memang benar, sekolah ini bagus untuk masa depanku, untuk menggapai cita-citaku aku menyesal ketika kelas satu dan dua aku malas malasan untuk belajar dan membantah mama, dan sekarang aku meminta kepada mama untuk mengijinkanku ikut les untuk menghadapi UN & PTN.
“mah aku ingin ikut les nih”
“les apa ?”
“les untuk menghadapi UN dan PTN, mama kan tau pelajaran ipa itu sulit, aku ingin sungguh-sungguh nih ikut les tersebut untuk mendapatkan rangking, sekaligus mendapatkan UN tertinggi dan PTN ma”
“tapi kamu benar tidak sungguh sungguh untuk ikut les tersebut nanti malas-malasan dan bolos seperti di tempat les bahasa inggris di sekolah lagi”
“serius ini ma, aku baru sadar betapa pentingnya masuk ipa dan kelas ipa ini unggulan ma, kalo jelek malu-maluin”
“benar yah janji sama mama, oh iya kalo kamu mau sungguh-sungguh kamu mau janji apa nih sama mama ?”
“aku janji deh buat jadi juara kelas minimal 5 besar, mendapatkan hasil UN tertinggi dan mendapatkan PTN”
“benar yah mama pegang janji kamu loh”
Ketika mama sudah mendaftarkanku ke tempat les terkenal di cikarang, aku dan desi teman satu kelas memulai untuk berangkat les untuk hari pertama, ketikaku sampai di tempat les aku bertemu dengan seseorang yang menurutku tak asing wajahnya, ya dia adalah cowo yang aku suka ketika aku duduk di kelas SMP namanya Reza aku pun pernah dekat dengan dia namun karena ia balikan dengan mantannya jadi kedekatanku saat itu sia-sia, dan pacarnya itu menganggap aku akan merebut Reza darinya padahal kedekatanku lebih dulu dibandingkan dia. Akupun malah melamun mengingat masa lalu.
“heh kok malah melamun, harus fokus kita untuk menghadapi UN & PTN nih”
“hah, siapa yang melamun desi ?”
“emang aku gk liat kamu apa ? itu kamu dari tadi diam saja seperti ada yang di pikirkan ayo dong cerita sama aku”
“eh, itu kamu lihat deh yang duduk di belakang, masih ingat gak ? teman SMP kita”
“oh Reza, ingat itu kan gebetan kamu yang tak sampai”
“suuut, jangan kencang-kencang, kira-kira dia masih dengan pacarnya tidak ya”
“menurut gosip yang aku dengar si masih sama pacarnya, masih berharap yah”
“serius ? ah ngga kok sok tau kamu. Sudah sudah mari kita fokus sama pelajarannya”
Tak terasa belajarpun akhirnya selesai juga, ketikaku keluar kelas ternyata ada Reza dengan pacarnya yang sedang berduaan, rasanya itu nyesek entah ini karena aku masih mengharapkan Reza atau bagaimana ? aku bingung dengan perasaan ini, sudahlah aku harus serius dengan les ini. Aku harus menepati janjiku kepada mama.
***
Setiap harinya aku melanjutkan les setelah sekolah dan tak terasa aku sedang menghadapi UTS dan berharap aku mendapatkan rangking 5 besar, akupun sudah berusaha untuk menggapai itu yaitu belajar dan berdoa, hasilnyapun tinggal di serahkan kepada Allah SWT. Ketika aku sampai di rumah mama menanyakan ulanganku.
“bagaimana ulangannya tadi ? susah tidak ?”
“ya begitulah ma, menurutku bisa di bilang mudah, karena aku bisa mengerjakannya walaupun ada satu atau dua soal yang membingungkan tetapi terselesaikan olehku”
“alhamdulillah mudah-mudahan kamu mendapatkan rangking sesuai janji kamu, oh iya pengumuman rangking kelasnya kapan ?”
“dua minggu setelah UTS ma, nanti orang tuanya yang datang karena sekolah ingin mensosialisasikan perkuliahan”
“Oh, bagus deh. Tapi kamu ikutkan ?”
“iya siswa dan orang tuanya mah”
“oke deh !”
***
Dua minggu kemudian pengumuman tengah semesterpun berlangsung, aku dan mama duduk bersebelahan dan rangkingpun di sebutkan, alhamdulillah aku masuk tiga besar, aku seketika memeluk mama dan menciumnya. Akhirnya aku bisa membuktikannya, tak sia-sia perjuanganku slama ini. Slalu les setiap pulang sekolah dan belajar pagi jam tiga subuh sekalian shalat tahajud. Jika kita bersungguh-sungguh pastilah akan tercapai keinginan kita. Alhamdulillah terimakasih ya Allah SWT.
“wah selamat ya, kamu masuk tiga besar, akhirnya kamu membuktikan kepada mama. Mama bangga sama kamu”
“iya mah, makasih. Akhirnya aku membuktikan kepada mama kalau aku bisa menepati janji”
“iya ingat ya ! perjuangan kamu belum selesai, karena kamu harus menghadapi SNMPTN ataupun SBMPTN”
“iya mah, aku ingat kok kalau itu sih. Aku pastinya akan berjuang lebih keras lagi dari ini agar lolos di universitas negeri”
“oke, mama slalu mendukung kamu kok”
Kemudian waktupun terus berjalan, aku lebih giat lagi belajar untuk menghadapi SNMPTN maupun SBMPTN dan tempat lespun lebih memperketat lagi belajarnya yaitus etiap pulang sekolah langsung les dan baru selesai jam 8 dan aku sampai rumah jam 9, benar-benar perjuangan yang amat berat yah, mudah-mudahan usaha ini tidak sia-sia. Kemudian pendaftaran SNMPTN dibuka dan aku mendaftar dengan pilihan pertama pendidikan fisika – UPI, pilihan kedua PGSD Purwakarta – UPI dan yang terakhir pendidikan fisika – UIN Bandung. Ya aku memilih pendidikan karena aku bercita-cita ingin menjadi guru. Kemudian guru leskupun mengijinkan aku untuk mengambil pilihan itu dan karena SNMPTN itu melihat dari nilai raport sehingga aku hanya berserah kepada Allah dan slalu berdoa, kemudian Allah tidak menghendakiku, aku tidak lolos melalui jalur SNMPTN, allah masih ingin melihat perjuanganku lebih keras lagi dari ini. Aku hanya bisa menangis ketika melihat pengumuman itu, aku sempat berfikir Allah tidak adil karena banyak teman di sekolahku mereka hanya iseng-iseng untuk ikut jalur SNMPTN ini dan mereka tidak berniat untuk melanjutkan kuliah. Mereka tak berjuang mati-matian sepertiku tetapi mereka lolos, sedangkan aku yang belajar sampai seperti ini dan aku benar-benar ingin sekali kuliah di negeri tetapi aku tidak lolos. Yang ada di fikiranku hanyalah allah tak adil, namun setelah aku berfikir dan diberi pencerahan oleh guru lesku dan kedua orang tuaku, aku baru sadar bahwa Allah ingin melihat usahaku yang lebih keras lagi di jalur SBMPTN. Kemudian aku memutuskan untuk mengambil paket IPC karena paket IPC ini aku tidak belajar ipa saja tetapi aku belajar ips juga karena aku ingin mengambil jurusan PGSD, aku belajar doble ipa dan ips ini bebanku semakin berat karena aku harus belajar lebih banyak lagi dan hari liburkupun aku relakan untuk belajar, belajar dan terus belajaaaaaar. Jalur SBMPTNpun telah dibuka, aku dan temanku desi untuk konsultasi dengan guru lesku, aku dan teman – temanku berkonsultasi satupersatu kepada guru les dan bagaimana baiknya untuk mengambil jurusan dan lolos. Dan sekarang giliranku.
“bagaimana ? kamu mau mengambil jurusan apa ?”
“gini bu, sebenernya aku ingin mengambil jurusan sama seperti SNMPTN, menurut ibu bagaimana ?”
“menurut ibu pilihan kamu terlalu berat, lebih baik kamu turunkan lagi pilihanmu yang passinggradenya lebih rendah, agar kemungkinan kamu keterima di negeri itu besar, kemungkinan jika kamu ingin tetap memaksakan jurusan yang kamu ingin konsekuensinya kemungkinan lolos kecil jika kamu ingin lolos di negeri maka kamu harus menurunkan pilihanmu yang pada intinya yang penting kamu lolos di negeri”
“oh begitu ya bu”
Dari pernyataan tersebut aku berfikir untuk mengurungkan pilihanku dan memilih jurusan yang passinggradenya lebih rendah, akupun mengambil jurusan pilihan pertama pendidikan fisika – UNJ, pilihan kedua pendidikan  – UNJ dan yang terakhir purwakarta – UPI. Dan aku mendaftarkan melalui jalur SBMPTN. akupun mengikuti tes di SMAN 1 Bogor, yang mengantarkanku tes adalah bapak, berangkat setelah adzan subuh dan tak terbayangkan perjuangan bapak untuk mengantarkanku untuk mengikuti tes SBMPTN. Setelah aku mengikuti tes aku hanya berserah kepada Allah untuk pengumumannya dan meminta di doakan oleh kedua orang tuaku bagaimana hasilnya aku sudah pasrah.

Setelah menunggu berminggu-minggu akhirnya hasil tes SBMPTN itupun diumumkan melalu internet, aku lolos di jurusan pendidikan UNJ, ini jawaban dari Allah untukku, agar aku bersungguh-sungguh untuk menggapai semuanya. Dan semua keinginan orang tua atau orang tua menyuruh anak itu semata – mata yang terbaik untuk anaknya karena tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya tidak sukses. Terimakasih kepada orang tuaku yang slalu mendukung dan berjuang untuk anaknya.

No comments:

Post a Comment